Jakarta bebas sampah plastik ternyata bukan hal mustahil. Sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur membuktikan bahwa mengurangi bahkan menghentikan ketergantungan terhadap plastik bisa diwujudkan. Sekolah ini telah membebaskan diri dari plastik dan memiliki solusi sendiri terhadap sampah plastik yang masih mereka temui di lingkungan sekolah.
Sekilas tidak ada yang berbeda dalam suasana belajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 26 Jakarta ini namun jika kita perhatikan lebih seksama ada yang menarik di meja para siswanya yaitu botol minum pribadi.
Setiap siswa siswi SMKN 26 Jakarta ini telah mengubah pandangan dan perilaku mereka terhadap sampah kemasan dan produk plastik. Secara resmi pada Februari 2019 warga SMK Negeri 26 berkomitmen untuk meringankan beban bumi dari limbah plastik.
Mereka berkomitmen mengurangi penggunaan kemasan minuman dan makanan dari bahan plastik para siswa menyambut antusias komitmen ini bahkan menularkannya di lingkup keluarga.
Tidak hanya di kelas, pengurangan penggunaan plastik berlaku di setiap sudut sekolah, termasuk di kantin. Di kantin sekolah, kemasan sterofom sedotan plastik dan minuman botol plastik tidak diperjualbelikan. Sebagai penggantinya siswa-siswi dapat membeli makanan dan minuman dengan kemasan atau gelas kertas dan dapat mengisi ulang botol minum pribadi mereka langsung dari galon mineral.
Sejak komitmen ini diberlakukan tidak ada ceceran sampah kemasan plastik lingkungan sekolah, ruang guru, koridor, juga arena santai. Sekolah kini lebih rapi dengan berkurangnya keberadaan botol dan wadah makanan pribadi.
Volume sampah pun berkurang drastis dari 8 gerobak perhari menjadi hanya 1 sampai 2 gerobak perhari. Harapan sekolah ini sederhana, mereka harap komitmen mereka ini bisa ditularkan ke luar sekolah baik oleh para siswa, Guru, maupun tamu.
Berkomitmen menjadi sekolah tanpa plastik memang butuh waktu diakui masih ada beberapa sampah plastik yang belum bisa dihindari seperti sisa bungkus permen kemasan kopi atau saat tamu sekolah membawa masuk kemasan sterofom
Akan tetapi hal tersebut Bukan Halangan bagi SMKN 26 Jakarta, mereka memiliki solusi sendiri yaitu mendaur ulang sampah-sampah organik, mereka olah menjadi kompos untuk kebutuhan sekolah atau dijual.
Sementara sisa kemasan plastik dan sterofom yang masih ditemui di lingkungan sekolah mereka daur ulang menjadi produk yang bernilai.
Sampah sterofom bisa mereka larutkan untuk menjadi bahan lem atau diolah menjadi karya seni sementara sisa kemasan plastik mereka cincang lalu dicampur larutan sterofom dan kompon untuk dicetak menjadi batako atau konblok.
Melepaskan diri dari ketergantungan terhadap sampah dan kemasan plastik memang bukan perkara mudah tapi bukan hal yang mustahil.
Di SMKN 26 Jakarta adalah bisa menjadi salah satu contoh bahwa kita bisa perlahan mengurangi ketergantungan terhadap plastik dan sampah plastik dan juga sekaligus menjadi solusi bagi dunia.
Masyaallah.. semoga kita semua sadar akan bahaya sampah plastik dan mulai mengurangi penggunaan sampah plastik di rumah kita masing2... salut dengan anak smkn 26. Semoga programnya terus berjalan.
ReplyDelete